Barometer Banten – Pemuda Eksponen Cikeusik Pandeglang menyoroti ketersediaan pasokan dan harga elpiji bersubsidi di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang. Soalnya, pasokan elpiji bersubsidi di kecamatan Cikeusik terbilang langka sehingga menimbulkan lonjakan harga mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu per tabung di masyarakat.
Koordinator Pemuda Eksponen Nurjaya menilai, kondisi ini diduga akibat oknum pengusaha ‘nakal’ yang bergerak di elpiji bersubsidi baik ditingkat Pangkalan dan tingkat Agen. Untuk mengambil keuntungan yang besar, mereka perbanyaknya mata rantai. Sehingga ketentuan harga yang termaktub di SK Bupati dan kontrak kesepakatan yang mereka buat terabaikan. Akibatnya harga elpiji tersebut tidak sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) ketentuan pemerintah.
“Kita ketahui bersama bahwa didalam kontrak kesepakatan antara Agen dan Pangakalan yaitu menyetujui atas komitmen dalam menjaga harga konsumen, serta menertibkan lalu lintas pedagang yang dinilai samraut, serta harga subsidi untuk wilayah Kecamatan Cikeusik hanya Rp 16.700 pertabung,” terang Nurjaya.
Nurjaya menjelaskan, tidak tertibnya para pengusaha tabung elpiji bersubsidi, merupakan salah satu pemicu terjadinya lonjakan harga dan ketersediaan pasokan elpiji. Ironisnya harga mahal di wilayah Cikeusik diperkirakan sudah cukup lama.
Meski begitu,gas elpiji merupakan barang yang sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat pada saat ini. Fungsi yang praktis dari gas elpiji bersubsidi, sehingga banyak digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat.
“Hingga harga mahal juga tetap diminati oleh kalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya,” kata Nurjaya.
Baca Juga: Guru se-Banten Apresiasi Langkah WH Dalam Penanganan Covid-19
Dikatakan Nurjaya, dirinya mengaku telah menyoroti harga dan ketersediaan pasokan di desa Cikeusik dan Cikiruhwetan. Mahalnya harga ditengah masyarakat akibat tingginya harga dari pihak pengusaha yang menggunakan mobil pickup atau keliling ke warung-warung pengecer.
“Harganya tinggi di masyarakat mencapai Rp 30 ribu pertabung, karena dari pihak pengusaha keliling (Kanvas) nya juga sudah Rp 26 ribu pertabung, sehingga yang namanya gas subsidi jelas masyarakat tidak pernah merasakan,” paparnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mendesak terhadap Pemda dan Pertamina agar segera mentertibkan harga elpiji di wilayah kecamatan Cikeusik agar masyarakat bisa merasakan namanya subsidi.
“Kami mendesak terhadap Pemda dan Pertamina untuk menertibkan para pengusaha tabung elpiji bersubsidi yang liar dan samraut, sehingga menimbulkan lonjakan harga,” tambahnya.
Masih kata, Nurjaya bahwa yang memiliki kontrak kesepakatan untuk menjaga harga Konsumen di desa Cikeusik dan Cikiruhwetan yakni Pangkalan di bawah binaan Agen PT Mulya Putra Abadi. (Nur)