Filosofi Dibalik Tugu Pamulang, Simbol Tauhid Hingga Perawi Hadist

Barometer Banten – Tugu Pamulang kini sudah tidak hanya sebagai sebuah ikon bangunan yang berdiri di antara simpang yang menghubungkan tiga Provinsi, Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Tetapi Tugu Pamulang, yang dibangun oleh Gubernur Banten Wahidin Halim dan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy kini disulap menjadi sebuah ikon yang kaya akan filosofi.

Bacaan Lainnya

Dibangun menggunakan APBD Provinsi Banten tahun 2021 sebesar Rp700 juta, Tugu Pamulang kini sudah berdiri di atas dasar yang berbentuk piramida segi enam terpancang dengan gagah nan elegan. Tak bosan mata memandang dalam waktu lama sekalipun.

Pemenang sayembara desain Tugu Pamulang yang diketuai oleh Dedi Kurniadi dengan anggota Oma Marta Wijaya sengaja meletakkan unsur kekuatan karakter historikal, religiusitas dan modern di dalam desain perencanaan pembangunan Tugu Pamulang itu.

Sehingga ketika semuanya itu dipadukan senja di satu kesatuan utuh, muncullah sebuah karya seni yang paripurna dan keelokannya menyatu dengan jiwa masyarakat Kota Tangerang Selatan (Tangsel) serta masyarakat Banten pada umumnya.

Plt Kadis PUPR Provinsi Banten Arlan Marzan mengungkapkan, keinginan Gubernur Banten terhadap pemenang sayembara Tugu Pamulang itu menghasilkan sebuah karya yang mencerminkan identitas masyarakat Banten secara utuh, termasuk juga masyarakat Kota Tangsel.

“Desain karya yang menjadi pemenang harus  mencerminkan identitas masyarakat Banten baik dari sisi religiusitas, sejarah, budaya dan pariwisata yang ada di Kota Tangsel dan Banten,” katanya, Sabtu (8/1/2022).

Tugu Pamulang ini mengadopsi dari bentuk menara masjid Agung yang berada di kawasan Kesultanan Banten Lama. Dalam proses pembuatannya, ada empat komposisi bentuk yang terdapat pada Tugu Pamulang, bentuk dasar (base), pilar dan panel, kepala (capital) serta mahkota.

Komponen dasar berbentuk piramida segi enam terpancung. Komponen ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan ketegasan visual pada komponen yang berada di atasnya.

Komponen dasar ini dibentuk dengan menggunakan artistik ornamen langkan. Sebuah ornamen yang biasa digunakan sebagai penghias pagar rumah khas adat Betawi.

“Dasar pondasi filosofis Tugu Pamulang sebelumnya itu sebenarnya sudah ada, namun kurang mempunyai karakter serta tidak mempunyai ketegasan filosofi, sehingga banyak penafsiran liat yang muncul di masyarakat,” kata pemenang Sayembara Oma Marta Wijaya.

Sementara itu untuk bagian pilar dan panel merupakan adaptasi dari bentuk layar dan haluan perahu pada bentuk tiang dan tapak. Pada setiap tiang pilarnya, terdapat empat jenis ornamen yang masing-masing mempunyai filosofi.

Ornamen pertama yang terletak tepat di atas tapak merupakan bentuk adaptasi dari dasar pilar menara di Banten Lama. Ornamen selanjutnya berbentuk Tumpal yang mengandung makna penolak bala dan harmonisasi. Lalu ada juga ornamen Mandalika yang mengandung makna bijaksana, kuat, lembut dan rendah hati.

“Dari ornamen-ornamen itu diharapkan dapat membawa nilai positif kepada siapapun yang melihatnya, sehingga menjadikannya sosok yang bijaksana dan mempunyai pendirian yang kuat,” ujarnya.

Di pilar paling atas, terdapat ornamen bunga melati yang mengandung makna open minded, inklusif dan menarik. Ini sejalan dengan karakter masyarakat Tangsel yang terbuka, tidak antipati.

Bila dihitung secara keseluruhan, jumlah tiang pilar itu ada enam buah, yang melambangkan rukun iman. Sehingga diharapkan ketika enam tiang pilar keimanan manusia sudah bisa berdiri kokoh dengan perpaduan nilai-nilai positif, maka akan sampai pada sebuah puncak pengabdian manusia yang paripurna kepada Sang Maha Kuasa.

Apalagi di puncak Tugu itu masih terdapat beberapa ornamen seperti lima baris ombak yang melambangkan lima rukun islam. Lalu gigi balang yang melambangkan semangat juang, energi positif, persistensi dan sinergi.

Kemudian lambang enam kitab, yang mengandung makna enam perawi hadist yang termasyhur kesahihannya seperti Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan at-Tirmizi, Sunan An-Nasai, serta Sunan Ibnu Majah.

Dan inti dari puncak tugu itu yang berupa sebuah mahkota dengan tongkat kecil yang menjulang ke atas yang dilambangkan sebagai sebuah ketakwaan yang menjulang ke atas yang bermakna ketauhidan.

“Jika dilihat visual secara keseluruhannya, Tugu Pamulang ini menyerupai sebuah pensil atau kalah dengan makna filosofi akan menjadi inspirasi bagi siapapun,” tutupnya. (Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan