oleh

Ancaman Tsunami 20 Meter di Selatan Pulau Jawa Untuk Dorong Mitigasi, Bukan Picu Kepanikan

Baromter Banten – Belakangan public digegerkan dengan adanya hasil riset peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait potensi gempa megathrust M 9,1 yang menyebabkan kemungkinan tsunami mencapai 20 meter di Selatan Pulau Jawa. Hal itu tentunya menimbulkan keresahan masyarakat.

Menanggapi hal tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) melalui website resminya, Selasa (29/09/2020), secara tegas kembali mengingatkan kepada masyarakat bahwa penelitian dilakukan untuk memperkuat mitigasi, jadi masyarakat tidak perlu panik.

Baca Juga: Ombang Ambing Jembatan Selat Sunda yang Berakhir Kandas di Era Jokowi

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, bahwa ragam dan memperbanyak penelitian memang perlu dilakukan karena Indonesia adalah negara yang memang berpotensi rawan bahaya gempa bumi dan tsunami. Penelitian atau kajian gempa bumi dan tsunami di Indonesia selalu didorong dengan tujuan bukan untuk menimbulkan kecemasan dan kepanikan masyarakat, melainkan untuk mendukung penguatan sistem mitigasi.

“Sehingga, kita dapat mengurangi atau mencegah dampak dari bencana itu, baik jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan bangunan dan lingkungan,” kata Dwikorita.

Baca Juga: Membahayakan, Material Bangunan TPT di Jalan Saketi-Malingping Gunakan Separuh Badan Jalan

Dikatakan Dwikora, sejak tahun 2008, pemerintah Indonesia telah mengantisipasi potensi kejadian tsunami akibat gempabumi megathrust seperti yang pernah terjadi di Aceh tahun 2004, dan juga seperti yang dimodelkan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Sistem monitoring dan peringatan dini yang dibangun oleh BMKG, dioperasikan dengan Internet if Thing (IoT) dan diperkuat oleh super computer dan Artificial Intelligent (AI).

“Jadi sistem peringatan dini yang dibangun di BMKG memang disiapkan untuk memonitor dan mengantisipasi kejadian gempabumi (termasuk gempabumi megathrust) dengan magnitudo dapat mencapai lebih dari Mw 9 dan memberikan peringatan dini potensi datangnya gelombang tsunami,” jelasnya.

Dalam waktu 3-5 menit setelah kejadian gempabumi, sistem monitoring dan peringatan dini BMKG itu nantinya secara otomatis dapat menyebarluaskan informasis peringatan dini tsunami ke masyarakat di daerah rawan gempabumi dan tsunami. Informasi peringatan kepada masyarakat itu bisa dilakukan melalui peran BNPB, BPBD, media massa ataupun beberapa moda diseminasi (seperti sms, email, website, dan media sosial).

“Dengan penyebarluasan peringan dini tsunami tersebut, maka masih tersisa waktu kurang lebih 15-17 menit untuk proses evakuasi, apabila waktu datangnya tsunami diperkirakan dalam waktu 20 menit,” ucap dia.

BMKG di seluruh provinsi dan wilayah rawan gempabumi dan tsunami di Indonesia tetap terus siaga 24 jam dengan memonitor atau menginformasikan kejadian gempabumi secara real time dan dengan seketika memberikan peringatan dini potensi tsunami yang dapat dibangkitkan. Serta, akan terus dilakukan sinergi yang saling mendukung dengan BNPB, Pemerintah Daerah atau BPBD, TNI, Polri, Media, masyarakat dan berbagai pihak terkait utk lebih siap dalam mengantisipasi bahaya gempabumi dan tsunami. (red)