Barometer Banten – Pertemuan ulama dan Gubernur Banten Wahidin Halim (WH), di Rumah Dinas Gubernur, Selasa (23/02/2021), menjadi sorotan salah satu media pemberitaan. Disebutkan, bahwa pertemuan itu membuat Ketua Gerakan Bersama Anti Maksiat (Gebrak) kecewa, lantaran WH dianggap tidak sopan telah meninggalkan forum.
Namun hal ini di klarifikasi, bahwasannya WH tidak sepenuhnya meninggalkan forum, melainkan hanya pada saat yang bersamaan di Rumah Dinas sedang ada acara konferensi pers dengan sejumlah media.
Kiyai Haji Enting Abdul Karim yang turut hadir dalam forum, menjelaskan secara detil kronologisnya. Kata dia, bahwa sebenarnya Gubernur bukan tidak menghargai ulama, apalagi sampai disebutkan seakan-akan tidak mau menerima kehadiran para kiyai.
“Yang ingin saya luruskan begini, pertama acara itu memang udangan pak gubernur, jadi nomor wa (WhatsApp-red) gubernur itu ada di gruf namanya kamtibmas banten, kemudia di gruf itu ramai terkait degan maraknya maksiat di wilayah banten, di kota serang, kabupaten serang, kota cilegon, pandeglang, lebak, tangerang, tangerang kota, itu banyak maksiat,” katanya, Rabu (24/02/2021)
Oleh karena itu, lanjut Kiyai Haji Enting Abdul Karim, diharapkan Gubernur mengambil langkah-langkah untuk menangani persoalan kemaksiatan tersebut, sebagaimana keberhasilan WH sewaktu menjadi Wali Kota Tangerang dalam menangani kemaksiatan di Kota Tangerang.
“Nah kami berharap supaya pak gubernur bisa menyelesaikan kasus-kasus dunia maksiat ini sebagaimana beliau mampu menyelesaikannya di kota tangerang. Kemudian, akhirnya pak gubernur nulis juga di wa itu, bahwa yasudah silahkan saya tunggu hari selasa jam Sembilan di rumah dinas tidak lebih dari 10 orang dengan protocol kesehatan begitu,” tuturnya.
Akhirnya pada hari Selasa itu, ia bersama pengurus Gebrak dan yang lainnya, bertemu di rumah dinas gubernur, yang pada saat itu acara secara langsung dibuka oleh gubernur tanpa pembawa acara. Kemudian, gubernur menyampaikan bahwa visi dan misi-nya dengan visi misi para kiyai sama dalam hal urusan nahi mungkar.
“Beliau cerita banyak tentang bagaimana beliau dulu menyelesaikan kasus-kasus maksiat di kota tangerang. Nah tetapi karena pada hari itu di rumah dinas itu banyak tamu, akhirnya beliau minta izin. Beliau mempersilahkan untuk ditampung semua masalahnya, nanti beliau akan kembali untuk mengeksekusi permasalahannya,” paparnya.
Kemudian, setelah itu gubernur memang meninggkalkan forum untuk sementara memberikan waktu kepada para ulama berdiskusi. Dalam diskusi itu, ada pemaparan dari sekretaris Gebrak, Penasehat Gebrak, Ketua Gebrak dan lain-lain temasuk dirinya.
“Namun ditengah itu ada perasaan dari ketua gebrak yang merasa tidak dihargai gubernur karena gubernur meninggalkannya, padahal yang saya tahu gubernur tidak meninggalkan secara utuh, beliau meninggalkan hanya untuk membuka rapat saja setelah itu beliau akan kembali,” katanya.
Selang beberapa waktu, benar saja Gubernur kembali ke tempat forum hanya saja teman-teman Gebrak sudah meninggalkan pertemuan itu. Dikatakan juga bahwa, Gubernur juga sempat bingung karena para kiayi yang dari Gebrak itu sudah meninggalkan.
“Loh, kemana ini kiyai-kiyai?,” ujar Kiyai Haji Enting Abdul Karim menirukan pertanyaan WH saat kembali ke forum.
Akhirnya disampaikan oleh ajudannya bahwa kondisinya seperti itu. Dia berharap kepada media masa untuk bekerjasama meluruskan persoalan ini
“Kita ini butuh kerjasama, bahwa penyelesaian kemaksiatan butuh kerjasama dari semua pihak, baik dari aliansi kemasyarakatan maupun pemerintahan, karena permasalahan ini bukan hanya permasalahan pemerintah saja tapi juga masalah keumatan,” pungkasnya. (Red)
Komentar