Barometer Banten, Lebak – Dalam rangka memperingati hari 10 Muharam, KH. Aceng pengasuh dari pondok pesantren Miftahul Ulum Kampung Situ Potong NK Desa Sukaraja mengadakan kegiatan santunan yatim di mushala Terminal Simpang, Malingping Lebak Banten, Selasa 16 Juli 2024.
Kiyai Ahmad Tajudin atau yang biasa disebut Kiayi Aceng menuturkan, pihaknya mengadakan santunan yatim khusus tingkat SDN di Kecamatan Malingping dan anak yatim dari masyarakat sekitar berjumlah sekitar 134 anak.
“Kami adakan santunan kepada anak-anak SD yang ada di Malingping, tak lain hanya untuk membantu meringankan beban anak yatim. Semoga bermanfaat dan berkah,” ujarnya.
Ketua panitia, Kiyai Tomi, ketika sambutan mengatakan bahwa jangan sampai ada tangisan anak yatim di sekeliling kita.
“Perlu diketahui, jangan sampai ada tetesan air mata anak yatim di sekeliling kita, kalau itu sampai terjadi, maka bumi mengutuk penduduknya dan menangisinya,” ungkapnya.
Kapolsek Malingping dalam sambutannya pada kegiatan tersebut, menyampaikan bahwa anak yatim merupakan tanggung jawab bersama.
“Dalam setiap rejeki yang kita dapatkan, sebagai apapun kita, itu ada hak orang lain, terutama hak anak yatim,” kata AKP Sugiar.
Dalam kegiatan tersebut, dihadiri para tokoh dan Kiayi, MUI, Ketua PGRI dan MKKS Kecamatan Malingping, serta para donatur santunan yatim seperti Manda dari PT. Penti, dan para hamba Allah yang tidak mau disebutkan namanya.
Momentum ini berkaitan dengan peringatan Idul Yatama atau Hari Raya Yatama atau Lebaran Anak Yatim setiap tanggal 10 Muharam. Lebaran Anak Yatim ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Indonesia dalam rangka Tahun Baru Islam.
Banyak keutamaan amalan memasuki hari 10 Muharam atau Asyuara, diantaranya amalan memberikan santunan anak yatim dan mengusapnya. Bahkan 10 Muharam disebut juga hari lebarannya anak yatim.
Bahkan Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits mengatakan dirinya sangat dekat dengan orang-orang yang menyantuni anak yatim.
“Bahwa aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim dengan baik akan berada di surga, bagaikan dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah, lalu Nabi mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu ia renggangkan.” (HR Bukhari).***